Sampun Ngopi?
Pada tulisan yang ini, saya mengatakan bahwa lomba baca puisi PSR pertama kali diselenggarakan saat saya kelas tiga. Setelah diingat-ingat kembali, sepertinya saya salah. Waktu itu saya masih kelas dua, sehingga belum ada Candra Idiot di Teater Angin, dan adegan latihan antara Ardita dan Candra Idiot tentu menjadi fiktif pada saat itu. Tapi biarlah tulisan itu tetap seperti itu, untuk menambah efek dramatis dengan bumbu-bumbu yang gurih.
Lomba baca puisi PSR waktu saya kelas tiga, akan saya ceritakan kali ini, dengan tokoh utama, sebut saja Budi. Waktu itu Budi masih kelas satu, seangkatan dengan Candra Idiot, sehingga wajib mengikuti lomba baca puisi more »
Rekor dan Halaman Baru
Jika para pembaca perhatikan betapa kencangnya tulisan baru bermunculan di bulan Februari 2024 ini, itu adalah dalam rangka mencetak sebuah rekor. Rekor tulisan terbanyak dalam sebulan kalender sampai saat ini ada di bulan Desember 2008 dan Januari 2009, yaitu masing-masing 11 tulisan. Pada saat tulisan ini naik tayang, maka resmi sudah bulan Februari 2024 menyamai rekor 11 tulisan itu.
Namun bulan Februari 2024 belum habis. Masih ada beberapa hari, termasuk tambahan tanggal 29 sebagai hadiah tahun kabisat, yang kebetulan jatuh di hari Kamis. Mari kita nantikan di hari itu, jam sembilan malam lewat delapan menit, semoga ada tulisan ke-12 sebagai pemecah rekor. more »
Baca Puisi Lagi
Judul ini tersimpan sebagai draft dengan data last modified bertanggal 11 Maret 2011. Isinya kosong. Kok bisa isi tapi kosong? Ingatlah selalu ajaran Biksu Tong Sam-chong, guru dari Kera Sakti. Kosong adalah berisi, berisi adalah kosong. Maka, tidak perlulah kita perdebatkan lagi mengenai isinya kosong ini. Lebih baik kita lanjutkan saja untuk mengisi kekosongan itu.
Jika dilihat judul dan tanggal last modified seperti tertera di atas, maka saya yakini, setelah mengingat-ingat sedemikian rupa, tulisan ini sedianya saya buat untuk mencatat pengalaman saya ketika diminta untuk membaca puisi pada acara perpisahan purna tugas dari rekan kerja di kantor saya. more »
Kena Ajian Sirep
Malam itu mungkin malam yang paling aneh yang kami alami di Pantai Kuta. Saya lupa, dalam rangka apa kami malam itu ke Kuta. Anggap saja sekedar mengisi malam minggu, bagi sebagian besar anak angin cowok yang jomblo.
Seperti biasa, kami duduk di atas pasir di tepi pantai, memandang laut dan menikmati gemuruh ombak, berbaur dengan obrolan, canda, tawa. Saya lupa, apakah kami berencana untuk bermalam di pantai malam itu atau tidak. Yang jelas, tiba-tiba saja semua dari kami pada akhirnya mengantuk dan tertidur di pantai. Pulas.
Ini sungguh ganjil. Kami bisa-bisanya tertidur pulas, S-E-M-U-A! more »
Paria — Ika Permata Hati
dingin malam menggigit
sampai tulang rusukku
aku terpaku pada batas tanpa kata
di sini,
di batin ini,
aku terbuang dan tercampakkan
jadi pecundang
syair-syair berdarah sendiri
aku makin terpuruk more »
Sebagai Penari Aku — Ida Ayu Arie Mayuni
: tembang, tembangkan aku gending cintamu!
tembang, tembangkan aku kidung kurimu!
maka,
setiap lekuk tubuhku akan kau nikmati:
sebagai penari aku di matamu
menggelinjang buat malam-malam gairah
suguhkan arak sekedar menimang mimpi
agar terlena aku pada kelambu-kelambu nafsumu
sebagai penari aku meliuk-liukkan tubuh di depan matamu more »
Kwarto BMW: Anak-Anak Muda Penentu Nasib Bangsa
Kwarto BMW. Kwarto karena kami berempat, BMW diambil dari merk mobil. B untuk Barli, M adalah A dobel mewakili Adhi dan Ardita, sedangkan W untuk Wira. Kami berempat anak kelas unggulan di Smansa Denpasar yang mengikuti ekstra drama dan sastra, Teater Angin. Karena kelas unggulan, Smansa pula, jangan pertanyakan kepintaran kami. Tentu di atas rata-rata anak-anak Smansa yang lain. Sayangnya, karena faktor kesibukan berteater, kami berempat selalu bersaing mengisi ranking empat terbawah di kelas.
Pada waktu itu anak angin punya markas di bilangan Jalan Kenyeri, rumah dari seorang kakak kelas kami. more »
Melanjutkan Proses untuk Menjadi Ketua
Pada tulisan sebelumnya, saya menyampaikan ada beberapa keanehan dalam daftar ketua yang saya tampilkan. Untuk membahasnya, mari kita tampilkan kembali daftar ketua yang saya anggap aneh.
- ….
- 1990/1991: Rahayu \ 1989-1992
- 1991/1992: Dimas Hendratno \ 1991-1994
- 1992/1993: Agus Sedana \ 1991-1994
- 1993/1994: Eka Sucahya \ 1993-1996
- 1994/1995: Wira Santosa \ 1994-1997 more »
Proses untuk Menjadi Ketua
Untuk menjadi Ketua Teater Angin saat ini, para calon harus orasi terlebih dahulu. Keren! Setidaknya begitu kesimpulan saya ketika menerima undangan, seperti terlihat pada gambar di atas, dari anak angin beberapa hari yang lalu. Berbeda pada jaman saya dulu, ketua ditunjuk dan diresmikan secara tiba-tiba, berbarengan dengan acara pelantikan anggota. more »
ANGIN: Antologi Puisi Bersyarat
Tulisan ini saya persembahkan (dan abadikan) untuk Adhi Tiana. Kalau bukan karena Adhi, karena tekad, kegigihan, serta perjuangan dan pengorbanannya, maka tidak akan pernah ada antologi puisi bersama yang diterbitkan Teater Angin di tahun 1997. Antologi puisi yang berisi 21 puisi dari 21 anak angin di masa itu, namun sayang, tidak ada satu puisi pun dari Adhi! more »