Merombak Memuput Rindu
Sampai di mana proyek antologi Memuput Rindu? Edisi demonya sebenarnya sudah siap diluncurkan. Draft terakhir memuat 26 karya (puisi, cerpen, prosa liris, catatan perjalanan) dari 15 penulis yang mewakili alumni Absurd Generation dekade 1990-an, 2000-an, dan 2010-an. Namun jika ada yang memperhatikan dan membandingkan draft awal dengan draft saat ini, ada sebuah perbedaan yang sangat mencolok. Apa itu? Mari saya jelaskan.
Semula, Memuput Rindu diniatkan sebagai Reuni Besar Lintas Generasi Teater Angin. Namun, ketidak-pede-an membuat saya berpikir untuk merombak niat itu. Hal ini berkaitan dengan beberapa informasi mengejutkan more »
Terpaku — Vivi Lestari
Di sini
menatap asap peleburan
yang memercik menjadi nyala api
sesayup gamelan Dewa Yadnya
menghempaskanku,
membakar atmaku
bajra pemangku nyaring terdengar
mantra puja jelas kuingat
tapi aku asing di duniaku more »
Reuni Besar Lintas Generasi Teater Angin
Menara cahaya menerangi taman air
Angin istana meniupkan rindu
Dua anak tangga lagi tahta dicapai
Kilau impian terang terwujud more »
Rekor dan Halaman Baru
Jika para pembaca perhatikan betapa kencangnya tulisan baru bermunculan di bulan Februari 2024 ini, itu adalah dalam rangka mencetak sebuah rekor. Rekor tulisan terbanyak dalam sebulan kalender sampai saat ini ada di bulan Desember 2008 dan Januari 2009, yaitu masing-masing 11 tulisan. Pada saat tulisan ini naik tayang, maka resmi sudah bulan Februari 2024 menyamai rekor 11 tulisan itu.
Namun bulan Februari 2024 belum habis. Masih ada beberapa hari, termasuk tambahan tanggal 29 sebagai hadiah tahun kabisat, yang kebetulan jatuh di hari Kamis. Mari kita nantikan di hari itu, jam sembilan malam lewat delapan menit, semoga ada tulisan ke-12 sebagai pemecah rekor. more »
Paria — Ika Permata Hati
dingin malam menggigit
sampai tulang rusukku
aku terpaku pada batas tanpa kata
di sini,
di batin ini,
aku terbuang dan tercampakkan
jadi pecundang
syair-syair berdarah sendiri
aku makin terpuruk more »
Sebagai Penari Aku — Ida Ayu Arie Mayuni
: tembang, tembangkan aku gending cintamu!
tembang, tembangkan aku kidung kurimu!
maka,
setiap lekuk tubuhku akan kau nikmati:
sebagai penari aku di matamu
menggelinjang buat malam-malam gairah
suguhkan arak sekedar menimang mimpi
agar terlena aku pada kelambu-kelambu nafsumu
sebagai penari aku meliuk-liukkan tubuh di depan matamu more »
ANGIN: Antologi Puisi Bersyarat
Tulisan ini saya persembahkan (dan abadikan) untuk Adhi Tiana. Kalau bukan karena Adhi, karena tekad, kegigihan, serta perjuangan dan pengorbanannya, maka tidak akan pernah ada antologi puisi bersama yang diterbitkan Teater Angin di tahun 1997. Antologi puisi yang berisi 21 puisi dari 21 anak angin di masa itu, namun sayang, tidak ada satu puisi pun dari Adhi! more »