Paria — Ika Permata Hati
dingin malam menggigit
sampai tulang rusukku
aku terpaku pada batas tanpa kata
di sini,
di batin ini,
aku terbuang dan tercampakkan
jadi pecundang
syair-syair berdarah sendiri
aku makin terpuruk
dan jatuh habis
kala kudewakan kesunyian
saat kumentahkan percintaan
pada jarum jam
kutitipkan alir nadiku
sampai senja melembayung jingga
aku letih,
sudah sangat letih
Puisi lain yang dianggap berhasil oleh editor antologi ANGIN tahun 1997, Tan Lioe Ie, adalah puisi PARIA karya Ika Permata Hati.
“Sajak lain yang cukup berhasil, adalah karya Ika Permata Hati, berjudul PARIA. Sajak ini cukup menyentuh dengan keberhasilan Ika untuk mengungkapkan perasaan ‘terbuang’ mungkin juga dapat diinterpretasikan sebagai keterasingan atau alienasi manusia modern, walau Ika baru sampai pada keluh, belum sampai pada ‘batas dimana aku tak mungkin lagi kembali‘ (MANUSIA PERTAMA DI ANGKASA LUAR, Subagio Sastrowardojo).” ~Tan Lioe Ie, dalam ANGIN, 1997.