Bank Data
ku coba mendidihkan bercak tanganmu membiarkan rasa purba menggelinjang
Beberapa hari yang lalu, Kamillo Yulisukma menghubungi saya untuk membuat janji ngopi bareng. Dia ingin mengkonfirmasi penyebutan namanya dalam tulisan saya sebelumnya, Akhirnya, Sejarah Itu akan Terungkap! (Versi Lain). Namun pada akhirnya obrolan kami tidak hanya sebatas topik tulisan itu, more »
Cerpen Drama GKS Lautan LDM MAS Operet Porseni PSR Puisi
by Wira Santosa
2 comments
Akhirnya, Sejarah Itu akan Terungkap! (Versi Lain)
Beberapa minggu lalu, judul ini pernah saya pakai. Waktu itu saya merujuk pada sejarah tentang penyematan Absurd Generation pada Teater Angin. Kali ini judul itu saya pakai kembali, namun merujuk pada hal lain. Sejarah yang akan terungkap itu adalah sejarah tentang berdirinya Teater Angin! Sebenarnya ini masih ada kaitannya dengan perkara ulang tahun yang keliru, tapi saya enggan untuk membuat part 3 dari tulisan itu. Jadi, mari kita mulai saja.
Awalnya ketika saya bertandang ke Jatijagat Kehidupan Puisi, bertemu dengan Dimas Hendratno, untuk meminta restu penerbitan Memuput Rindu. Di sela obrolan, dia bercerita tentang rencana Ibu Putri Suastini more »
Nge-borju Sejenak di Malioboro
Pada suatu Minggu pagi, beberapa anak angin berwisata ke Pantai Sanur, kalau tidak salah tepatnya di Pantai Karang, tanpa Adhi Tiana. Ya, pagi itu adalah jadwal keberangkatan Adhi ke Jakarta untuk menerima hadiah sebagai runner-up lomba cipta cerpen tingkat nasional. Kami tidak tahu jam berapa penerbangan Adhi ke Jakarta, tapi setiap ada pesawat melintas di langit, kami akan melambaikan tangan sekaligus berteriak kegirangan, “Adhiii… Adhiii…,” sembari membayangkan Adhi yang kumal dilayani oleh pramugari cantik nan putih mulus.
Singkat cerita, Adhi kembali dari Jakarta dengan membawa banyak oleh-oleh, diantaranya beberapa naskah drama dan buku-buku, more »
Adhi Runner Up
Jika sampai saat ini belum ada renovasi, maka tepat di titik tengah lapangan tenis yang kadang dipakai tempat latihan anak angin akan terdapat bercak-bercak hitam bekas terbakar. Itu adalah ulah dari beberapa oknum anak angin, yang iseng memanfaatkan bangku-bangku bekas tak terpakai untuk sekedar digunakan api unggun penghangat badan. (Atau sebagai sarana pemanggang ayam, saya agak lupa….)
Beberapa hari setelah kejadian bakar-bakaran tersebut, ada pesan dari kantoran ke kelas saya meminta agar Adhi Tiana menghadap Pak Mustika, kepala sekolah, segera. Ini masalah! more »
Keroyokan Cerpen
Ada yang masih ingat dengan beberapa baris dalam puisi saya, Insomnia? (1) Gadis penjual sesajen kepada Tuhan; (2) sengketa nenek penari tepi desa; dan (3) aturan dilanggar peraturan. Masing-masing kalimat tersebut merupakan tema cerpen dari tiga anak angin yang pernah mengirimkan karyanya dalam lomba cipta cerpen tingkat nasional pada tahun 1996, yaitu Rahayu Ujianti, Adhi Tiana, dan saya sendiri.
Saya lupa bagaimana awalnya. Tapi, sepertinya kisah ini dimulai ketika Bu Purwani memberikan selembar brosur tentang lomba cipta cerpen tingkat nasional. Lalu disosialisasikan kepada anak-anak angin, kemudian diam mengendap begitu saja. Ajaibnya, suatu hari, more »