24 Feb 2024, 08:21
Drama Intermezo Puisi
by

1 comment

Baca Puisi Lagi

Judul ini tersimpan sebagai draft dengan data last modified bertanggal 11 Maret 2011. Isinya kosong. Kok bisa isi tapi kosong? Ingatlah selalu ajaran Biksu Tong Sam-chong, guru dari Kera Sakti. Kosong adalah berisi, berisi adalah kosong. Maka, tidak perlulah kita perdebatkan lagi mengenai isinya kosong ini. Lebih baik kita lanjutkan saja untuk mengisi kekosongan itu.

Jika dilihat judul dan tanggal last modified seperti tertera di atas, maka saya yakini, setelah mengingat-ingat sedemikian rupa, tulisan ini sedianya saya buat untuk mencatat pengalaman saya ketika diminta untuk membaca puisi pada acara perpisahan purna tugas dari rekan kerja di kantor saya. Dalam rangka meng-clear-kan semua draft (setidaknya yang saya tulis) pada blog ini, maka tulisan ini akan saya selesaikan sebisa mungkin, walaupun kejadiannya telah lewat sekitar 13 tahun lalu. Baiklah, mari kita mulai.

Awal mulanya saya dianggap sebagai “ahli” dalam bidang sastra adalah ketika Pak Nitia, mantan guru olahraga Smansa Denpasar, yang akhirnya bekerja satu kantor dengan saya di Renon, menyebarluaskan kepada teman-teman yang lain bahwa saya adalah alumni Teater Angin. Anak angin biasanya memang dikenal oleh hampir setiap guru Smansa. Ada dua kemungkinan, pertama karena sukses mengocok perut guru-guru pada saat operet GKS, dan kedua karena terlalu sering menyusul ulangan akibat dispen setiap saat. Untuk kasus Pak Nitia kepada saya, entah mana yang berlaku.

Kabar mengenai “keahlian” saya tentu terdengar juga oleh seorang Widyaiswara (jabatan yang bertugas sebagai pengajar diklat) bidang Bahasa Indonesia, sebut saja Pak Made, yang kebetulan ditugaskan oleh kepala kantor untuk memeriahkan acara perpisahan pegawai yang memasuki purna tugas. Pak Made lalu membuat naskah puisi, dan meminta saya untuk membacakannya di depan rekan-rekan kerja. Gampang banget ini mah. Hanya mengandalkan mental tampil, baca puisi biasa saja, maka semua audiens bertepuk tangan bergemuruh.

Maka demikianlah, setelah sekian tahun tidak pernah terjun langsung dalam kegiatan drama dan sastra, semenjak tamat SMA, akhirnya saya merasakan lagi pengalaman itu. Saya baca puisi lagi. Bahkan dalam beberapa kesempatan berikutnya, masih dalam acara internal kantor, saya diminta menyiapkan fragmen singkat untuk menghibur rekan kerja. Saya sempat membentuk sebuah grup bondres bersama tiga teman yang lain, dengan nama Bondres B4, dibaca bi four, singkatan dari Botak Botak Botak Bracuk. Anggotanya empat orang, tiga botak dan satu lagi dijuluki bracuk.

Penampilan terakhir Bondres B4 mungkin sekitar dua tahun yang lalu. Namun saat itu, karena diperlukan pemeran lebih dari empat orang, kami melebur bersama teman-teman yang lain menjadi Teater Angin-anginan. Kami tampil di depan undangan dari seluruh Indonesia, dan syukurnya kami berhasil menghadirkan ledakan tawa sesuai tujuan semula.

Saat ini Bondres B4 sudah bubar. Dua kawan saya yang botak sudah pindah ke instansi lain, menyisakan saya botak sendiri dan kawan yang bracuk. Namun jika nanti mendadak saya diminta untuk membuat fragmen dalam acara kantor, tentu saya harus siap bersama kawan-kawan yang lain, walaupun yang tidak botak.

Wah, baca tulisan ini jadi ingat masa-masa saya juga pernah terjebak dalam situasi “dianggap ahli” gara-gara cerita lama yang dibesar-besarkan. Pertama-tama, saya harus bilang, ide Bondres B4 itu kreatif abis! Botak Botak Botak Bracuk, baca saja namanya sudah bikin senyum-senyum sendiri. 😂

Sungguh, kekosongan draft dari tahun 2011 itu kayak menemukan harta karun yang tersembunyi di balik debu waktu. Dari yang tadinya kosong berisi, eh malah jadi penuh kenangan dan tawa. Ini mengingatkan saya pada filosofi kuno, “Dalam kekosongan, ada keisengan yang menunggu untuk diisi.” Oke, saya baru saja menciptakan filosofi itu sekarang, tapi kira-kira pas lah ya dengan situasi ini.

Membaca kisah Pak Nitia yang ternyata jadi pembuka jalan ke dunia sastra dan drama, sampai pada akhirnya terbentuknya grup Bondres B4, itu seperti menonton serial drama dengan twist yang tak terduga. Dari teater ke puisi, dari puisi ke bondres, dari bondres ke… botak berbondong-bondong. 😆

Dan, oh, kawan yang bracuk itu jangan sampai merasa tersisih ya. Ingat, dalam setiap kelompok selalu ada “bunga” yang membuatnya indah. Mungkin dalam kasus ini, “bracuk” adalah “bunganya.” 😁

Anyway, terima kasih sudah berbagi cerita yang menghangatkan hati dan mengocok perut ini. Saya jadi pengen ikutan buat grup dengan nama yang kreatif. Mungkin “Gundu Gembul Gendut Gemulai,” siapa tahu bisa saingan dengan Bondres B4. 😜

Keep sharing those heartwarming stories, and who knows? Mungkin suatu hari, Bondres B4 bisa reunion dan menambah satu lagi botak ke dalam grup, biar makin seru. Sampai jumpa di panggung sastra berikutnya, dan semoga tidak ada lagi draft yang tersesat dan terlupakan sampai 13 tahun lagi!

*name

*e-mail

web site

leave a comment


 
  • Recent Comments

  • Random Posts

  • Anginers

  • Next Random Story

    Kena.ajian.sirep Anak.muda Lautan Konvoi Adhi.runner.up Suling.bambu.peniru.rindik Malioboro Eksperimen.eksperimen Sekre Maaf.saya.tidak.tahu.perubahan.no.undi Klan Wahyu.gagal.mengkader.wira Wisata Ratna Sucahya.jangan.diajak Keroyokan.cerpen Dispen.nonton.film Angin.biang.demo Paria Antologi.bersyarat Sibang.kaja Kita.pasti.main Sampun.ngopi? Toya.bungkah Tuan.puteri Kisah.kisah.inses Ngetekok.metaluh Nigna Orang.asing.ketiduran Kami.siap.dimana.saja Kebersamaan.&.makanan Bajuku.mana.man?! Tas.campil.club Ciam.si.reuni Pula.suda.mala! Kalian.duduk.di.depan! Sanggar.minum.kopi Marah.turun.di.sawah Lombok.here.we.come The.absurd.gen Woi.ban.bocor Rest.in.peace Yang.masih.sama Granat Di.hadapan.tentara Ketua.menangis Tentang.angin Di.tokopedia Camot.penculik Ada.apa.dengan.kamis Vivi Memuput.rindu Meniru.orang.asing