Politik Dinasti dalam Launching Memuput Rindu?
Sah, 25 karya (puisi, cerpen, prosa liris, drama, catatan perjalanan) dari 17 penulis mengisi edisi demo Memuput Rindu: Antologi Reuni Absurd Generation. Sesuai rencana sebelumnya, Memuput Rindu Edisi Demo hanya tersedia dalam versi digital, dan bisa kita nikmati pada link ini. Masih dengan watermark. Versi tanpa watermark mungkin akan di-publish dan dapat dibeli secara gratis di HENBUK, sebuah platform jual beli buku digital. Sudah ada tawaran dari owner-nya, dan mungkin nanti akan saya jajagi kembali melalui Chief Operations Officer-nya. Kebetulan keduanya juga menyumbang karya dalam antologi ini.
Aroma dinasti klan Santosa sangat terasa dalam antologi ini. Bagaimana tidak. Jika ditotal, terdapat sembilan tulisan dari ketiga Santosa, atau menguasai 36% dari 25 karya. Wira Santosa yang bertindak mengatur tata letak, menempatkan cuplikan buku dari kakaknya, Eka Santosa, berjudul Anak Angin dan Perempuan Pemanggil Ikan, yang bahkan belum terbit secara resmi, sebagai pembuka antologi. Dan, Arya Santosa tercatat sebagai penulis dengan karya terbanyak, yaitu lima puisi.
Sebenarnya saya berharap aroma dinasti dari klan yang lain juga menghiasi antologi ini. Akan sangat menyenangkan membaca tulisan dari Yuli, April, Melia, dan Gustut, empat bersaudara yang pernah tercatat sebagai Absurd Generation pada tahun 1993 s.d. 2003. Demikian juga dengan dinasti yang dipimpin Parinatra Candrarka Nugraha, bersama tiga adik perempuannya, yang menguasai Teater Angin sejak tahun 2004. Namun, dinasti yang sangat saya nantikan adalah ayah-ibu-anak: Dimas Hendratno, Wini Arthini, dan Ayu Chumani. Mari kita tunggu pada edisi selanjutnya, semoga dinasti-dinasti ini, atau dinasti yang lain, dapat kita nikmati karya-karyanya.
Adakah launching offline dari Memuput Rindu? Secara resmi belum ada. Namun, siang tadi saya menyiapkan tiga buku yang di-print dan dijilid seadanya. Kebetulan tiga Santosa mendapat undangan pernikahan di satu tempat. Saya menyiapkan tiga buku, yang rencananya akan dipegang masing-masing oleh setiap Santosa, lalu kami berfoto bersama. Sayangnya Arya Santosa berhalangan hadir. Satu buku yang seharusnya untuk Arya, saya berikan kepada seorang sepupu yang sangat antusias membaca Memuput Rindu, padahal bukan anak Angin. Katanya, buku itu akan diberikan kepada anaknya, yang sangat suka membaca dan menulis. Lalu, istri dari Eka Santosa juga sangat excited membuka lembar demi lembar Memuput Rindu. Dia merasa familiar dengan nama Ni Putu Rastiti, yang menulis kata pengantar. Dia juga sangat mengenal Bu Bidan, Kadek Sri Ariastini. Maka tulisan dari kedua penulis ini dibacanya dengan khidmat. Saya merasa bahagia ketika Memuput Rindu dapat menyentuh orang-orang di luar Absurd Generation.
Kemudian, apa? Sesuai target awal, edisi demo ini hanya sebagai trigger agar keluarga Absurd Generation yang lain dapat mengirimkan karya untuk penerbitan edisi selanjutnya. Maka, mari kita wujudkan Memuput Rindu Edisi Jati, sejatinya Memuput Rindu. Microsite masih dibuka sebagai sarana pengumpulan karya. Semoga nantinya ada perwakilan dari setiap angkatan Absurd Generation dalam antologi ini.