21 Mar 2009, 18:25
PSR Puisi
by

35 comments

Lomba Puisi untuk PSR 2009

Inilah aku. Hanya menulis di kala dirinya ingin atau ada yang layak untuk ditulis. Directly…

Hari itu hari Kamis dalam PSR 2009, 5 Maret. Dari rumah aku udah nyengir-nyengir karena akan dapet dispen setelah sekian lama (1 bulan). Segala sesuatunya telah siap di dalam kotak Pandoraku, yaitu sebuah kamera digital dan baju Teater Angin angkatanku dan kreasi angkatan diatasku. Setelah jam-j, jam pelajaran ke-3, aku langsung cabut, meninggalkan teman-temanku yang hendak mebalih Porjar atletik (kurasa tidak layak tonton, karena terprediksi Smansa kalah) setelah sebelumnya, messenger of S.I.D. from Teater Angin menyampaikan sebuah surat dispen di jam pelajaran ke-2. So, bos memerintahkan supaya makan terlebih dahulu di sekolah sehingga 08.45 pagi nanti semua anggota Teater Angin yang masih aktif dapat berkumpul di depan sekretariat tercinta. Dan apa yang kulakukan while waiting for jam-j is nonton Porjar SMP, Spensa vs Spensix, sekolahku dulu. Sepeninggalku, spensix kalah dengan skor 12-2, ujung-ujungnya spensix juara umum porjar, hihihi. Hendak berangkat, aku memilih ode sebagai pengantarku ke Taman Budaya (gak tau tulisan Art Centre yang bener). Lalu, aku diperingatkan oleh Bayu, “Kalo dikaplak keras ke ma orang, ya, kaplak balik, itu tau, supaya mantra2nya balik lagi ke dia.” Semua telah siap, bendera dan pasukan. Tentang bendera, selesainya baru in the night oleh ibunya Rama. Jadi, spanduk MAS 2008, lambangnya disobek, lalu dijahitkan pada selembar kain. Tadaa! Jadi deh! Sampe sekarang juga masih… And in the end, we march onward to Taman Budaya. Danan yang bawa bendera Angin dengan wajah sangarnya di depan rombongan Angin.

Sampai. Kami menunggu dan menunggu hingga perut kami menempel ke punggung. Biasa, anak Teater Angin, kebersamaan dan makan. Terlihat Ranu dan Dianita memakai pakaian adat untuk memancing perhatian peserta lain. Pendapatku sih, intimidasi. Lalu, beberapa anggota Teater Angin bergerak menuju padma Taman Budaya untuk memohon keselamatan dan kemenangan, tentunya. Di luar padma, kami melihat beberapa anggota BD (sekaa gong T) duduk-duduk. We ignored them, they’re just frog remains, eh? Berselang beberapa saat, Semua Teater Angin dan TT menyaksikan wakil dari TT untuk kategori puisi SMA perempuan menampilkan apresiasi sastranya. Beberapa dari kami merasakan hawa yang tidak enak dari wakilnya itu. Aku nggak, mungkin karena aku tidak peka. Lalu si wakil ke belakang panggung, menangis di bahu pak S (kepsek T) karena sebelumnya sempat terjadi kesalahan teknis berupa suara mic yang krebek-krebek. Lalu kami lanjutkan dengan menunggu dan menunggu, tibalah saat yang mengejutkan, 3 peserta sebelum peserta puisi perempuan yang asli (Ratih).

Para pria dari Teater Angin bersiaga (aku juga pria) di sekitaran bale panjang (panggung) untuk hal-hal yang telah diperkirakan dari TT. Kamillo, jaga juga, bawa air suci dari gereja tempat dia rutin sembahyang (kalo dalam agama hindu Bali kutafsirkan dengan air tirta). Kalo gak salah, dia bilang, “Ini air suci dari gerejaku. Tolong dipercikkan di banten T di pojok sana. Kau lihat ’kan?”. Oke, suasana tegang untukku, sangat. Aku kesulitan mencari cara agar low profile saat memercikkan air sucinya Kamillo and miracle came. Anak-anak kerohanian datang untuk mebanten keliling. Woohhooo! Tapi aku percikkan airnya setelah mereka bantenin tu canang. Setelah puisi keduanya selesai, Yoga, salah satu dari mereka, bilang, (kira-kira) “salah waktunya kamu nirtain tirtanya, Gungbo, harusnya samaan ma tirtanya kita.” Gak peduli, yang penting doa-doa kebajikan telah dikumandangkan. Terserah Tuhan hendak mendengarkan atau mengabaikannya, yang dapat kami lakukan saat itu hanyalah menunggu. Lanjut pada keadaan sekarang, aku dipanggil oleh big boss untuk melakukan sesuatu yang mustahil, menganggu konsentrasi balian T yang notabene ketua OSIS T. Aku sebagai salah satu anggota Angin the Absurd Generation yang masih mentah, dengan panik , “Masa gitu, gungwah? Kle, gung, aku gak tau dengan cara apa aku harus melakukannya! Ada solusi?!”, dijawab dengan satu jawaban yang tidak masuk akalku, “rekam penampilannya Ratih di deket dia sambil ajak dia ngobrol atau lakukan apa saja yang dapat menganggunya.” Benar, aku langsung ke tempat-t, ujung timur laut dari bale panjang, untuk merekam penampilannya Ratih, dengan seperangkat handphone. Yang paling ironis dalam hal ini adalah, si Ketua OSIS dan wakil pria dari TT adalah kakak kelasku dulu waktu di Spensix. Sangat ironis. Yak, tugas dilaksanakan! Berhasil atau tidak? Yang pasti sekarang kami sudah perak untuk kategori puisi perempuan. Kuanggap itu gagal. Karena si Ketua OSIS T memasang raut wajah berseri-seri sedari aku masuk dan keluar panggung. Tinggalkan masa lalu dan kejar masa depanmu, itu yang kupikirkan saat pelaksanaan tugas. Sekeluarku dari panggung, aku dikerubungi Teater Angin lagi. Semua dah memuji aku, aku mengelak dengan mengatakan “Kalo gak gungwah yang ngasi tau, aku takkan bisa”, lalu dibales gungwah, “wuih, gung, tadi aku cuma bisa nginget hobimu.” Lalu aku ditinggal bersama beberapa orang lainnya.

Untuk menunggu gilirannya Andi wakil Teater Angin untuk kategori puisi laki-laki, aku manggil ode, untuk nganter aku ke sekolah mengambil kameraku, maklum, aku suka lupa. Setelah kembali dari sekolah, dia pergi ke rumahnya danan untuk merias Andi. Dalam renggang waktu yang tidak sebentar itu, kami, anggota Teater Angin yang tersisa di Taman Budaya, beristirahat. Agak lama sih, lalu datang sms, “semua anak Smansa segera ke padma” Gercep, langsung kesana. Dan apa yang kami lihat bukanlah sesuatu yang biasa dilihat oleh anak SMA.

Si ketua OSIS tadi mengangkat beberapa dupa sambil dipegangi oleh beberapa BD. OMG, what is this? Lalu, si Ketua OSIS (sebut saja Adi) bergerak, dan semua BD yang memeganginya seperti grup InGen hendak mengikat seekor Parasaurolophus dalam film The Lost World. Bayangkanlah. Lalu dupa-dupa itu tergelincir dari genggaman Adi, Adi menjerit dalam bahasa Bali, “Siapa yang merusak banten ini?” dan dupa-dupa dipungut oleh seseorang (sebut saja Ida), dihaturkan oleh Ida, dan akhirnya, Adi diketis oleh Ida dalam keadaan kerauhan. Ida kerauhan, dia menjerit dalam bahasa Bali (dan kerauhan-kerauhan selanjutnya juga akan sama, berbahasa Bali), “Siapa ini yang merusak banten disini, BUNUH!” Sekiranya demikianlah. Lalu seorang BD bertanya pada kami, Smansa, “Siapa ni yang ngrusak banten? pihak Smansa ada yang tahu?” Kami tak tahu ya kami diam. Orang itu juga sempat membuatku tertawa. Jadi gini, dia, sebut saja Sida, sempat bilang gini, “Kalo bentrok mau aku, kalo ma betara, duh, aku nyerah.” Trus, dia gini, “tutup pintu padma (nyuruh seorang BD yang lain) aku diem disini.” Ya, karena kedua kalimat itulah aku tertawa cekikikan. Setelah sekian lama, si Adi diseret oleh BD agak menjauh dari Ida. Lalu seorang temannya, sebut saja AIDS, ngetis dia. Oke, Adi tenang. Tapi dia teriak-teriak lagi, lalu AIDS mendekati Adi dan menonjoknya di pipi kirinya dengan tangan Yang-nya. Lalu Adi diseret BD ke tembok barat Padma Taman Budaya. AIDS pun diseret beberapa BD menjauh dari Adi. Seketika itu pula datanglah Pak S, Kepala Sekolah T sekarang. Lalu aku dengar seorang wanita menjerit, hampir sama seperti kerauhan, kira-kira. Aku keluar untuk melihat, yang kutemukan adalah Ita Suryani Utami, Teater Angin juga, di Teater Angin, dia memang dikenal sebagai orang yang bisa . entahlah, aku tak tahu kata yang tepat untuk mengisi ruang di samping. Dia pingsan untuk sementara waktu, beberapa orang Smansa mengatakan bahwa dia hanya terkejut, jadi Sayoga, kerohanian Smansa dan Teater Angin, menyuruh Ita untuk tetap tenang, jadi dia tak apa-apa. Fiuh.

Lalu aku balik ke Bale Panjang, untuk menyaksikan Andi berapresiasi. Aku rekam lo. Setelah itu, wakil dari TT untuk Puisi kategori laki-laki berapresiasi, sebut saja Adiputra. Namun tidakku saksikan, karena gerakan dan suara yang dia tunjukkan saat memulai puisi sangatlah buruk, dalam perasaanku. Lalu, aku meminta seorang temanku, Rakananda, untuk mengantarku ke sekolah. Langkah yang buruk, memang, tapi itulah takdirku. Di sekolah aku beristirahat sebentar, lalu aku mendapat berita bahwa Andi mendapatkan emas dan Ratih mendapatkan perak. Aku bingung diantara memilih, harus pulang, tetap, atau ke Taman Budaya. Lalu, aku pikirkan hal yang terbaik untukku, dan kudapatkan, yaitu pulang berhubung aku sudah lelah dan pegal-pegal.

Esoknya, aku melihat dua piala dan piagam dipajang diatas salah satu lemari Angin. Dan kulanjutkan hari-hariku seperti biasa. Browsing di kelas, ke sekre, belajar, dan pulag kembali ke rumah.

Selamat, Angin! Juara 1 putra dan juara 2 putri.

Tooop!

T.O.P. bgt memang ntuk Angin. tapi penulisnya lo… kelamaan…

ceritanya agak susah kumengerti, melompat-lompat, tidak kronologis, banyak nama yang disamarkan, tapi inisiatif dan keberaniannya untuk menulis, boleh.

Maaf, Yu. Khusus nama-nama yang disamarkan, itu memang atas permintaanku. Gungbo semula nulis nama-nama itu dengan sangat jelas, tapi karena aku terlalu takut bisa menyinggung perasaan mereka, atau memungkinkan terjadinya gesekan-gesekan, akhirnya aku sensor. Entahlah, apa ketakutanku ini cukup beralasan. Gungbo sendiri memilih untuk hanya menampilkan inisial saja. Sebagai gambaran tambahan, yang dimaksud dengan T adalah salah satu sekolah di Denpasar, *****a. TT adalah group teater mereka, *****r ***a. Pak S adalah Pak *******a, kepala sekolah *****a. Sementara BD, ini istilah baru buat aku, sebutan Gungbo untuk sekeha gong *****a, yaitu ******n *******g.

oow,.nyantai aja…T untuk Tiga(SMAN3)…TT= Teater Tiga,…S=Suyastra(Kepsek),..BD=Bangken Dongkang(nama Xtra Tabuh SMAN3)…

Wira:
sepertiNya anda sdh tw apa aj yg di mksd dalam smw karangan cerita Gungbo itu,.knp cmnt di bawah itu anda berlagak seakan tdk tw sp yg dibicarakan dalam karangan cerita GungBo itu??

tidak perlu takut,..kt tdk melakukan perbuatan Anarkis,..kt cinta damai kok.. 😀

Hmm… OK-lah kalau begitu. Kalau ternyata Crew (dkk?) tidak berkeberatan untuk tidak disensor, ya sensornya saya cabut dengan tanpa keraguan. 😉

Berikutnya, saya memang sudah tahu semua inisial sejak sebelum tulisan ini akan dimuat di sini. Mengenai comment saya di bawah yang seakan tidak tahu yang dibicarakan di sini, itu begini. Kadang2 saya memang suka menduga2 apa yang kira2 akan diucapkan oleh seseorang, ketika dia tiba2 tahu suatu hal yang sebelumnya dia tidak mengerti. Nah, kalimat pada comment di bawah itu, saya ucapkan atas dugaan bahwa Wahyu kira2 akan berkata begitu. Jadi mohon dimaafkan, kalau kesannya saya berlagak tidak tahu. Saya tahu kok. Mudah2an penjelasan saya ini bisa dimengerti… 😉

Btw, terima kasih atas kunjungan Crew (dkk?) yang cukup intens di sini. Senang sekali. 😉 Lumayanlah, siapa tahu bisa menaikkan pagerank situs ini.

hehehehe…. sialan. penjelasanmu malah bikin tambah bingung. Sengaja ya?

Wah, pantes kepalamu ndak botak-botak kayak aku, ternyata karena males dipake berpikir… 😉

bagus… good job friend..

inget masa sma..

^_^

Selamat datang, Esha…. 🙂 Klo boleh tahu, Esha tamat SMA tahun berapa ya? 2006? Atau 2007? 😉

esha yang seangkatan saya kayanya ni, tahun 2007,,,

halo sha!!!

Oh… halo, Sha! 😀

halo Sha…

8 Apr 2009, 17:30
by sukada


halo Yu

halo… halo… Bandung….

ibukota periangan…

halo…

kota kenang-kenangan……

17 Apr 2009, 18:03
by sukada


sudah lama beta, tidak berjumpa dengan kau (beneran!! sejak th 2000)

sekarang, sudah menjadi lautan api……..

ayo, kawan-kawan! kita rebut kembali!!!

23 Apr 2009, 01:07
by sukada


wah abis lagunya. lalu lagu apa sekarang?

Lagu apa dong? Bagaimana kalau ini saja:

“Tak gentar menghadapi segala tantangan….”

Ada yang bisa melanjutkan?

jebol maju………………………………………………..

bli wira kemana sajakah gerangan?

aku dulu juga dapat dispen dari teater angin, tapi sayang dapat dispensasi dari dokter anak (alasan sakit agar bisa bolos sekolah)…emangnya tampangku kayak anak anak ya..

salam teater. aku dari pulau garam. anak didikan teater AKURA (aku anak unira) Universitas Madura. mohon pada teman-teman teater angin untuk membalas e-mail dari anak pulau garam ini. atau contact aku di nomor ini 087812360007. salam persahabatan

Nice story.tp pas ak mbaca og bali bgtz ya..ada yg gag mudeng,coz ak ank jawa tngah..

22 Nov 2009, 06:45
by Gantet


Agak gak ngrti siy,tp ngerti kok. Ayo crita lg. Lagiii Lagiii Lagiii Lagiii

Kecewa terhadap kalian,.

kalian terlalu berpikiran negative tentang kita ANAK SMA NEGERI 3 DENPASAR,…

jujur,kita hanya sembahyang biasa,.mungkin kalian mengira kt bermain kotor dengan hal2 mistik,tp yg benar kt hanya memohon restu kepada Tuhan,.ap kalian tahu,doa kita hanya supaya pementasan dari anak2 TRISMA lancar tanpa hambatan sedikit pun,.cmn itu aja,.encamkan itu!!cmn itu aja doa dri nak2 SMA Negeri 3 Denpasar,…”cmn byr lancar!”

dan tolong jangan dengarkan isu2 yg tidak penting,seperti kita menggunakan dukun,tumbal,masang banten untuk hal buruk(banten itu untuk Tuhan kt,Tuhan kalian jg,knp hrs di ksh penangkal,.kok Tuhan malah di ksh penangkal,.emg ada penangkal Tuhan??) atw apa kek,…itu smw g ada yg bener,…Sumpah g ada yg bener!

saya jg mrasa aneh melihat komentar yg sperti’ny bangga sekali menindas kita,..bersikapLah lebih Dewasa,…

Maaf jika kita membuat kalian berPikir negative tentang kita,khususNya nak SMA Negeri 3….
sebenarNya kita bersahabat kalau kalian tidak berpikir negative dan melakukan perlawanan tnpa sebab,..

Terima kasih buat Crew atas kunjungan dan konfirmasinya melalui komentar di sini. “Jadi ternyata, yang diceritakan (atau dituduhkan?) 🙂 oleh Gungbo dengan berbagai macam inisial di sini adalah SMA 3 Denpasar.” Mudah-mudahan Wahyu, yang sempet bingung membacanya, jadi lebih mengerti. 😉

Selanjutnya, saya persilahkan kepada Gungbo dari pihak penulis untuk memberikan tanggapan kepada Crew.

Hehe… enaknya jadi moderator… 🙂

jadi sepertinya aku terlalu gamblang menuliskan, ya…
apa ada yang perlu dihapus lagi?

Wahyu:

oh gpp kok wahyu,.nyantai aja,…hehhehe…
di hapus atw g jg trsrah anda…

untuk smw’ny saya ucapkan terima kasih,…

lebih baik hilangkan permusahan di antara kt,…Peace!!

Wira:
ya sp lg klw bkn SMAN3,..pasti anda sendiri kn juga udh tau sejak awal kali membaca apa yang di tulisKan oleh GungBo yg anda mksd itu,…
semua orang khususNya di Denpasar pasti jg tw SMA mana yg selalu berselisih satu sama lain,…pdahal klw anda selidiki lg,.di SMAN1 itu bnyak temen2 saya,n mrk baik2 smw,bersahabat,n g terlalu gawat untuk bahas masalah sepele dan g begitu penting untuk di publikasikan,…mgkn cmn beberapa org aja yg salah memandang kt(SMAN3 Dnpasar),…dan sya mw meluruskan itu smw byr perselisihan dri tahun ketahun ini ga’ berlanjut untuk kedepanNya lg,…

Mmm… pertama, mudah2an supaya tidak membuat kerancuan, mungkin perlu saya jelaskan, ada 2 Wahyu di sini. Wahyu yang saya sebutkan dalam comment sebelumnya, adalah Wahyu yang tidak mengerti dengan apa yang ditulis oleh Gungbo dalam postingan ini. Sementara, Wahyu yang menulis comment di thread comment ini, adalah Wahyu yang lain, dia adalah Gungbo si penulis postingan ini. 😉

Kedua, mengenai hapus-menghapus, saya tidak akan merekomendasikan siapapun untuk menghapus sesuatu di sini. Apa yang sudah tertulis di sini adalah sejarah. Sejarah sebaiknya jangan dihapus toh?

Lalu, ya, saya tahu jelas apa yang ditulis Gungbo, karena memang saya sendiri yang menyensor. Tapi Wahyu yang tidak tahu. Hal ini sudah saya jelaskan pada thread comment yang lain di atas sana.

Berikutnya, jujur saya katakan, saya sungguh salut dengan Crew. Komentar Crew di sini sungguh terkontrol, dan menyejukkan hati. Kalau saja semua orang memandang masalah seperti cara Crew, maka saya yakin tidak akan ada perselisihan (kalau memang ada) sama sekali. Kalaupun memang ada, ya, dinikmati saja sebagai bagian dinamika hidup. Saya yakin, suatu saat kita bisa mengenangnya dengan indah, sebagai joke pemancing tawa.

Selanjutnya, kalau boleh saya quote lagi pernyataan Crew, “Lebih baik hilangkan permusuhan di antara kita…” Maaf, saya pribadi tidak merasa sedang bermusuhan dengan siapapun. Mudah2an tidak ada yang merasa sedang bermusuhan dengan siapapun. Kalaupun ada kata dan perbuatan saya yang membuat orang merasa saya musuhi, atau membuat orang memusuhi saya, saya mohon maaf, mudah2an hanya salah paham.

Terakhir, terima kasih sekali lagi atas kunjungan Crew (dkk?). Mudah2an tetap berkunjung ke sini, untuk mempererat tali silaturahmi. 😉

NB: Crew, terus terang, saya agak pusing membaca kata2 yang disingkat. Juga huruf2 kapital di tengah kata. Jadi, tolong, kalau Crew tidak keberatan, jika lain kali menulis comment lagi, tolong jangan disingkat2 dan jangan menulis kapital di tengah kata, kecuali jika sesuai EYD. (kepadaNya, Nya untuk Tuhan, boleh N-nya kapital) Saya rasa Crew tidak sedang menulis SMS di sini, karena space di sini cukup leluasa untuk menulis kata secara utuh. Kalalu kata ulang, bolehlah diganti dengan angka 2. Cheers!

Terima kasih banyak,… 😉

oke bro. thanks tanggapannya. 🙂

*name

*e-mail

web site

leave a comment


 
  • Recent Comments

  • Random Posts

  • Anginers

  • Next Random Story

    Kena.ajian.sirep Anak.muda Lautan Konvoi Adhi.runner.up Suling.bambu.peniru.rindik Malioboro Eksperimen.eksperimen Sekre Maaf.saya.tidak.tahu.perubahan.no.undi Klan Wahyu.gagal.mengkader.wira Wisata Ratna Sucahya.jangan.diajak Keroyokan.cerpen Dispen.nonton.film Angin.biang.demo Paria Antologi.bersyarat Sibang.kaja Kita.pasti.main Sampun.ngopi? Toya.bungkah Tuan.puteri Kisah.kisah.inses Ngetekok.metaluh Nigna Orang.asing.ketiduran Kami.siap.dimana.saja Kebersamaan.&.makanan Bajuku.mana.man?! Tas.campil.club Ciam.si.reuni Pula.suda.mala! Kalian.duduk.di.depan! Sanggar.minum.kopi Marah.turun.di.sawah Lombok.here.we.come The.absurd.gen Woi.ban.bocor Rest.in.peace Yang.masih.sama Granat Di.hadapan.tentara Ketua.menangis Tentang.angin Di.tokopedia Camot.penculik Ada.apa.dengan.kamis Vivi Memuput.rindu