16 Jul 2020, 21:08
Kuliner
by

2 comments

Nasi Goreng Ratna

Pada beberapa tulisan sebelumnya, saya selalu menyebut nasi goreng Ratna untuk membandingkan nilai uang jaman saya SMA dengan nilai uang saat ini. Tulisan-tulisan tersebut ada di sini, sini, sini, dan terakhir di sini. Dulu, seporsi nasi goreng di warung langganan kami, terletak di Jalan Ratna, hanya 600 rupiah saja. Saat ini, setelah 25 tahun berlalu, harganya sudah berlipat menjadi 10.000 rupiah.

Phalayasa yang memperkenalkan warung itu kepada saya, sekitar tahun 1995. Pada suatu latihan, Phala mengajak saya kabur bersama Gantet dan Dimas ’98. Nongkronglah kami di warung nasi goreng Ratna. Menunya, selain nasi goreng, adalah aneka masakan Cina semacam capcai, fuyunghai, kolobak, dan sebagainya. Pesanan makanan kami pada waktu itu, sesuai dengan rekomendasi Phala, adalah fuyunghai. Yang menarik, ketika memesan minuman, Dimas ’98 paling beda. Ketika Phala, saya, dan Gantet sepakat untuk memesan temulawak, minuman nasional kaum proletar saat itu, Dimas ’98 dengan gagahnya memesan sprite! Saat itu, sprite adalah minuman kelas atas, boleh dibilang untuk kaum borjuis, karena harganya lebih mahal dibanding temulawak. Kami bertiga agak mengerutkan kening dengan pilihan Dimas ’98, seolah-olah dialah yang akan membayar semua pesanan.

Fuyunghai Ratna

Ternyata lidah saya sangat cocok dengan rasa fuyunghai warung Ratna. Maka, di kesempatan berikutnya saya mencoba memesan nasi goreng. Agak terbalik, memang. Biasanya, untuk mengetahui cita rasa keseluruhan menu pada suatu warung, ketika pertama kali berkunjung kita sebaiknya memesan nasi goreng. Jika enak, maka otomatis menu yang lain juga dijamin enak. Tapi saya baru mencoba nasi goreng Ratna pada kesempatan kedua. Maknyus! Sejak saat itu, nasi goreng Ratna menjadi salah satu pilihan untuk konsumsi latihan anak-anak angin.

Hanya saja, ada yang aneh dengan Bagas ketika konsumsi latihan adalah nasi goreng Ratna. Dia tidak akan mau makan, mengakunya sudah makan, atau masih kenyang. Misteri itu akhirnya terungkap ketika anak angin mengadakan sebuah persiapan pementasan di rumah Gantet, Jalan Kenyeri. Karena melewati jam makan siang, maka diutuslah seseorang untuk membeli konsumsi. Singkat cerita, tibalah nasi goreng di hadapan kami. Mungkin karena lapar, kami bergegas makan, termasuk Bagas yang bungkusannya beda sendiri. Tapi tiba-tiba, pada suapan pertama, Bagas langsung memuntahkan nasinya, sembari berteriak histeris.

“Hueeekkk… ini nasi goreng beli dimana? Huuueeekkk….”

“Di Ratna…” kata utusan yang ditugaskan membeli konsumsi.

“Huekkk… pantesan… ini kan ada babinya!”

“Ndak, Gas… punyamu udah kita bilangin ndak pake daging babi kok….”

“Tetep aja… digorengnya pasti pake minyak babi…. huuueeekkk….” Bagas masih histeris. Ternyata begitu. Walaupun ketika memesan nasi goreng untuk anggota muslim sudah kita pesankan tidak pakai daging babi, tapi Bagas adalah seorang yang sangat taat. Mengandung minyak babi tentu saja juga haram hukumnya.

Lalu, bagaimana kondisi warung Ratna saat ini? Masih ada, tentu saja, dengan penjual yang sama, dan suasana yang lebih bersih setelah renovasi. Khusus untuk menjawab komen Sukada di sini, sore tadi saya meluncur ke Ratna, memesan fuyunghai, nasi putih, dan air es. Menu itu adalah menu favorit Sukada sewaktu kos di Jalan Dahlia. Boleh dibilang, di antara semua anak angin, Sukada-lah yang paling sering nongkrong di Ratna. Tidak heran, karena kos-nya hanya sepelemparan batu dari Ratna. Suk, fuyunghay + nasi putih + air es = 18.000 rupiah saja. Kapan-kapan bolehlah kita ditraktir. OK? OK!

Sebenarnya saya sudah menyiapkan foto seporsi fuyunghay, nasi putih, dan air es dari warung Ratna. Tapi memasukkan media ke sini harus melalui ftp, dan laptop saya belum terinstall. Nanti akan saya update fotonya begitu berhasil menginstall…

Coba upload lagi om. harusnya udah bisa upload lewat wordpress. (Demi foto fuyunghai)

*name

*e-mail

web site

leave a comment


 
  • Recent Comments

  • Random Posts

  • Anginers

  • Next Random Story

    Kena.ajian.sirep Anak.muda Lautan Konvoi Adhi.runner.up Suling.bambu.peniru.rindik Malioboro Eksperimen.eksperimen Sekre Maaf.saya.tidak.tahu.perubahan.no.undi Klan Wahyu.gagal.mengkader.wira Wisata Ratna Sucahya.jangan.diajak Keroyokan.cerpen Dispen.nonton.film Angin.biang.demo Paria Antologi.bersyarat Sibang.kaja Kita.pasti.main Sampun.ngopi? Toya.bungkah Tuan.puteri Kisah.kisah.inses Ngetekok.metaluh Nigna Orang.asing.ketiduran Kami.siap.dimana.saja Kebersamaan.&.makanan Bajuku.mana.man?! Tas.campil.club Ciam.si.reuni Pula.suda.mala! Kalian.duduk.di.depan! Sanggar.minum.kopi Marah.turun.di.sawah Lombok.here.we.come The.absurd.gen Woi.ban.bocor Rest.in.peace Yang.masih.sama Granat Di.hadapan.tentara Ketua.menangis Tentang.angin Di.tokopedia Camot.penculik Ada.apa.dengan.kamis Vivi Memuput.rindu