25 Dec 2008, 21:08
Journey
by

11 comments

Membelah Bali [4]

Our first destination, Bedugul. Kita tiba di Bedugul lebih cepat dari perkiraan, sekitar jam setengah dua siang. Target kita sebelumnya, yah sekitar jam 6 sore lah. Ternyata hanya membutuhkan sekitar 6,5 jam mengayuh sepeda dengan santai -diselingi berjalan menuntun sepeda- untuk tiba di Bedugul dari Mengwi. Perut kita sudah sangat keroncongan. Maka sangat rasional kalau tempat pertama yang kita sasar adalah warung makan.

Setelah perut terisi, maka otak yang semula jalan-jalan ke dengkul akan kembali ke habitat aslinya. Saatnya memikirkan tempat untuk bermalam. Lho? Kok sudah mau bermalam? Kan masih sore mas? Duh, kan sudah disinggung di tulisan seri sebelumnya, ada sesuatu yang menunggu kita di Bedugul. Sesuatu itu adalah, anak-anak KISS-1. Iya, tepat keesokan harinya, berdasarkan info dari Putu Barli, KISS-1 berencana mengadakan acara hiking di Bedugul. Berhubung saat itu Adhi Tiana sedang dalam proyek pdkt dengan salah satu oknum KISS-1 berinisial HE, maka kita bela-belain menunggu kedatangan mereka, sekalian pamer kesombongan, “Hey… kita sudah tiba di sini dengan sepeda. Hebat kan?”

Diputuskan bahwa kita akan menginap di tepi Danau Bratan saja, tempat yang biasanya dipakai orang-orang untuk berkemah. Tendanya nanti akan kita buat dengan dua buah jas hujan Adhi dan Ardita. Aku sendiri lupa bawa jas hujan. Duh, bagaimana kalau di perjalanan selanjutnya nanti tiba-tiba hujan turun? Sudahlah, pikirkan nanti saja. Yang mendesak dipikirkan sekarang, adalah membuat tenda. Dalam bayangan kita, dua jas hujan, dan dengan memanfaatkan kayu dan ranting serta bahan-bahan alam lainnya, akan menghadirkan tenda nyaman buat kita bertiga. Kita pernah digembleng di Pramuka waktu SMP, jadi hal-hal kayak gini bukanlah masalah.

Setibanya di tepi Danau Bratan, keberuntungan kembali menghampiri. Tanpa diduga sebelumnya, ternyata ada sekelompok anak Smansa yang kita kenal sedang berkemah di sana. Mereka sungguh terkejut melihat kedatangan kita dengan menuntun sepeda. Lalu dengan bangga kita bercerita tentang tujuan kita, bersepeda keliling Bali. Sinar kekaguman di mata mereka sungguh membuat kita besar kepala. Lalu sampai pada cerita kenekatan kita tanpa bekal tenda, dengan murah hati mereka menawarkan mobil mereka sebagai tempat kita menginap. Ini artinya, kita tidak perlu lagi susah-susah merancang tenda dengan jas hujan, dan yang terpenting kita terhindar dari angin malam dingin Bedugul nan kejam.

Pagi hari, setelah mengucapkan terima kasih kepada kawan kita yang punya mobil, lalu kita bergegas menuju kebun raya. Sayang sekali, pada saat itu bukan jaman HP seperti sekarang. Jadi sangat susah untuk mengetahui posisi anak-anak KISS-1. Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu, menunggu, dan menunggu, di kebun raya, tempat yang dijanjikan oleh Barli, ketua rombongan hiking KISS-1.

Sekitar jam sepuluhan, anak-anak KISS-1 akhirnya tiba juga. Lalu kita memasang tampang bagaikan Christophorus Columbus, Amerigo Vespuchi, Magelhaens –semoga aku menulis ejaan nama mereka dengan benar– petualang-petualang hebat yang menemukan dunia baru. Berhubung hanya Barli yang mengetahui tentang perjalanan kita, maka anak-anak lain tentu saja terkejut, bahkan ada yang tidak percaya. Mereka mengira, sepeda kita bawa dengan mobil, lalu baru kita pakai di Bedugul. Ah, saatnya menunjukkan keperkasaan. Dengan bersemangat, kita bercerita tentang petualangan ini. Kita benar-benar menjadi pusat perhatian. Yang paling gembira saat itu tentu saja Adhi Tiana, karena diantara wajah-wajah kagum anak-anak KISS-1, tersembul senyum manis seorang HE. Oh, sungguh indah dunia.

Tanpa terasa, waktu telah menunjukkan jam dua siang. Saatnya berpisah, saatnya melanjutkan perjalanan. Langit mendung, aku teringat tidak membawa jas hujan. Untung Barli merelakan jas hujannya aku pinjam, walaupun dengan konsekuensi dia akan kehujanan di atas motor selama perjalanan balik ke Denpasar. Katanya, aku lebih membutuhkan jas hujan itu. Thanks, Barli.

Sebelum berpisah, Wahyu Dhyatmika sempat menanyakan tentang posisi perbekalan kita saat itu. Ah, ekspresi kita sudah cukup mewakili jawaban betapa kita membutuhkan bekal tambahan. Lalu dengan bersemangat, Manuk, salah satu anak KISS-1 yang cukup dekat dengan anak angin, berteriak mengumumkan, “Woi… kawan kita membutuhkan bantuan bekal. Ayo nyumbang, ayo nyumbang….” Spontan beberapa anak segera menyumbang. Ada yang nyumbang makanan, ada yang nyumbang uang. Total uang yang terkumpul sekitar delapan ribuan. Kawan-kawan, uang 8.000 rupiah saat itu, setara dengan sekitar 66.666,66… rupiah saat ini. Dasar perhitunganku adalah, sepiring nasi goreng Jalan Ratna langganan kita waktu itu harganya 600 rupiah. Saat ini, harganya telah menjadi 5.000 rupiah. Dengan perhitungan matematika perbandingan sederhana, dapat dikonversi 8.000 menjadi 66.666,66…. [to be continued]

Ya saya masih ingat. Entah untuk tujuan apa saya ada di Bedugul bersama anak-anak KISS-1 waktu itu. Mungkin bersama rombongan Mahabudi atau Rushdi atau Sukada.

Dan kalian datang dengan wajah hitam terpanggang bersinar-sinar seperti Thomas Alfa Edison berhasil menyalakan lampu setelah 13000 kali gagal.
Hahaha

Sori Wir, a big bad news..
I’m afraid I cannot make it to come at Bengkel Angin 27 Desember ini. Anakku sakit dan cukup butuh istirahat karena sekarang pun masih dirawat di rumah sakit.

So, have fun semua. Selamat bernostalgia. Skenario terbaik aku bisa datang tanggal 1 Januari by plane (murah abis tahun baru, kemarin rencananya travelling by car). Skenario terburuk tidak ke Bali sama sekali ;-(

Salam untuk Eka Sucahya, Wahyu Dhyatmika, Bagas, Rushdi, Adhi Tiana, Barli, Gungwie, Dadap Ariana, Vivi, Chamot brothers dan juga Reni (Sori Ren, gak bisa dateng ;-p)

OK, let the legend continues. Let the stories unfold…

Haha… kamu ada toh waktu itu? Aku lupa. Btw, istilahnya keren juga, “Dengan wajah hitam terpanggang bersinar-sinar seperti Thomas Alfa Edison berhasil menyalakan lampu setelah 13000 kali gagal….” Semoga anakmu lekas sehat. Hubungi aku kalau emang jadi ke Bali, 081916503392.

Wah aku lupa adegan saweran kemanusiaan ini. Tapi untunglah banyak yang menyumbang, meski cuma 8 rebu. Kau yakin HE tersenyum penuh kekaguman pada Adhi? Jangan2 senyum ketakutan….”Kok ada anak2 nekat begini…..,” pikir HE dalam hati.

Mam, aku juga gak bisa datang ke Bengkel Teater, Desember ini. Aku nelpon aja ke Wira, pas acara. Phone in gitu, kayak acara-acara talkshow on the spot yang lage ngetren sekarang. wakakakakak……… Eka juga gak bakalan bisa datang. Dia kan di Perth.

Iya, aku ga enak banget ama anak-anak KISS-1 waktu Manuk teriak-teriak ngumpulin sumbangan, hahaha…. Btw, to be honest, sebenernya HE tidak sekalipun tersenyum waktu itu. Dia selalu berkerut kening, mungkin yang ada dalam pikirannya, “Waduh, aku dateng jauh-jauh ke Bedugul sebenernya untuk menghindari kejaran Adhi Tiana, kok malah ketemu di sini ya?” Hahaha… peace Adhi, peace….

REQUEST untuk cerita selanjutnya, “pementasan khusus acara perkawinan Ari Duarsa”, “operet-operet monumental”, “Menginap di Kuta”, “Anak Muda Anak Muda!”, “Soto Kumbasari”. boleh request kan?

OK… OK… semua request diterima. Tunggu tanggal muatnya aja. Ayo, siapa mau request lagi? Atau ada yang mau ngirim tulisannya ke sini? Boleh… boleh….

“Ternyata hanya membutuhkan sekitar 6,5 jam mengayuh sepeda”

Kesannya kok sudah jadi traveler proffesional! hahhaa…

Hahaha… segala sesuatunya memang kita buat terkesan profesional, Doel….

28 Dec 2008, 13:47
by eka sucahya


another request : tradisi “ngelalungin” aku pikir sangat layak untuk di tampilken…hehehehehe…ayo wir..gali lagi ingatanmu…aku masih nyimpen lumayan banyak foto angin..nanti aku scan dan kirim ke kau wir…ehh btw..ada yg tau apa kabar buku curhat yg pernah kita punya ya??????

Wah, boleh tuh Ka, foto-fotonya. Dikirim ke emailku, tello108[at]yahoo[dot]com aja. Atau boleh juga diupload ke Facebook mu, ntar kudownload. Hiks, tentang buku curhat kita, terakhir aku telusuri, katanya udah ga ada lagi….

mestinya cukup bekal gula aren ama air dan roti kering biar ringan ranselnya

*name

*e-mail

web site

leave a comment


 
  • Recent Comments

  • Random Posts

  • Anginers

  • Next Random Story

    Kena.ajian.sirep Anak.muda Lautan Konvoi Adhi.runner.up Suling.bambu.peniru.rindik Malioboro Eksperimen.eksperimen Sekre Maaf.saya.tidak.tahu.perubahan.no.undi Klan Wahyu.gagal.mengkader.wira Wisata Ratna Sucahya.jangan.diajak Keroyokan.cerpen Dispen.nonton.film Angin.biang.demo Paria Antologi.bersyarat Sibang.kaja Kita.pasti.main Sampun.ngopi? Toya.bungkah Tuan.puteri Kisah.kisah.inses Ngetekok.metaluh Nigna Orang.asing.ketiduran Kami.siap.dimana.saja Kebersamaan.&.makanan Bajuku.mana.man?! Tas.campil.club Ciam.si.reuni Pula.suda.mala! Kalian.duduk.di.depan! Sanggar.minum.kopi Marah.turun.di.sawah Lombok.here.we.come The.absurd.gen Woi.ban.bocor Rest.in.peace Yang.masih.sama Granat Di.hadapan.tentara Ketua.menangis Tentang.angin Di.tokopedia Camot.penculik Ada.apa.dengan.kamis Vivi Memuput.rindu