Keep Writing
Wow! Setelah launching 9 hari, tapi baru dipublikasikan kemarin melalui salah satu friendster angin, blog ini ternyata telah menuai 1 buah komentar. Hanya 1 memang. Tapi 1 itu cukup membuat adrenalinku sangat sangat bergolak. Siapa ya si pengirim komentar? Komentarnya apa ya? Deg… deg… deg… duh, lambat banget koneksi di warnet ini….
Dari Budi Besi: Keep Writing!
Budi Besi. Anak angin angkatan 1994, tiga tahun lebih tua dari aku. Entah kenapa namanya menjadi Budi Besi. Nama aslinya sih I Wayan Budiartha. Dia sudah kukenal sejak aku berumur lima tahun, sejak aku pindah ke Denpasar dari Ulakan, kampungku di Karangasem sana, diajak Paman Bibi karena mereka belum juga punya buah cinta. Budi Besi, aku biasa memanggilnya Bli Budi, tetangga sebelah rumahku sejak saat itu. Main bersama waktu kecil sudah menjadi kebiasaan. Mulai perang-perangan, sampai tak til.
Budi Besi. Di jamannya, dialah tukang listriknya anak angin. Warisannya yang paling paling dan sangat sangat berharga bagi kami adalah sebuah dimmer sederhana. Pengatur lampu panggung. Di jamanku memang sempat rusak, tapi untung kami punya tukang listrik baru, Putu Barli. Diutak-atik sedikit, dimmer berharga itu bisa digunakan kembali. Masih sangat lama dimmer itu menemani anak angin, sampai pada akhirnya, kalau tidak salah, anak angin punya cukup uang untuk membeli dimmer pabrikan. Entah bagaimana sekarang nasib dimmer peninggalan Budi Besi, mungkin triplek-triplek pembangunnya sudah dijadikan kayu bakar pengusir dinginnya malam. Entahlah.
Keep Writing. So simple. Ya, komentar yang sangat sederhana, tapi ketika kurenung, sungguh mengandung makna yang begitu dalam. Keep writing. Dua kata ini akan selalu menjadi beban buatku mulai saat ini. Sejak awal, sejak kuputuskan untuk berkomitmen dengan blog ini, sebenarnya kalimat “Setiap Kamis, jam sembilan malam, lewat delapan menit, akan selalu ada kisah baru” sudah menindihkan beban berat di perutku. Sekarang tambahan lagi dengan “Keep Writing!” Buatku, artinya adalah bahwa seseorang di luar sana sedang mengamati gerak-gerikku, berharap aku tetap konsisten menulis. Ketika aku berhenti menulis, ketika aku melanggar komitmenku, saat itu juga kata-kata ‘keep writing’ akan menyayat setiap bagian jiwaku menjadi irisan-irisan sekecil atom.
Keep Writing. Dua kata ini akan selalu menjadi penyemangat yang sangat teramat luar biasa buatku dalam menjalankan komitmen ini. Thanks, Budi Besi. I’ll do my best. Keep supporting. To all of the readers: Keep reading, and don’t forget to leave a comment!