Ika Permata Hati
Membaca puisi-puisi dari Ira Puspitaningsih dan Rasti Rainia pada blog mereka masing-masing, saya jadi teringat Putu Vivi Lestari dan … IKA PERMATA HATI. Wanita-wanita ini adalah empat dari sekian banyak penulis berbakat yang pernah dimiliki oleh angin. Saya tidak mengenal secara langsung Ira dan Rasti, karena berbeda angkatan cukup jauh. Vivi adik angkatan saya dua tahun, sedangkan Ika teman seperjuangan satu angkatan.
Sepengamatan saya, sampai saat ini Vivi, Ira, dan Rasti masih sangat produktif menulis. Tapi untuk Ika, setelah lulus SMA, sepertinya dia tenggelam. Tidak pernah sekalipun saya dapat melacak aktifitas menulisnya. Sungguh disayangkan, mengingat Ika yang mulai menulis sejak SMP dan semakin berkembang di SMA, adalah seorang penulis berbakat yang sempat menuai pujian dari Umbu Landu Paranggi, seniman penyair yang paling dihormati di Bali.
Ketika saya kuliah di Bandung dan Ika di Jogja, kami sempat berkorespondensi. Memang ketika itu (Maret 1998) dia mengaku sedang mengalami “krisis kejiwaan”. Dia merasa kehilangan suasana angin, kehilangan “roh-roh puitis” nya. Ketika mencoba menulis, dia sendiri tidak habis pikir, “Kok bisa ya, kata-kata yang keluar malah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan….” Sedangkan untuk bergabung dengan komunitas sastra di Jogja dia mengalami kendala waktu dan tempat.
Bernostalgia dengan Ika Permata Hati adalah bernostalgia dengan seorang wanita mungil yang ceriwis. Bersamanya, akan selalu hadir keceriaan dan keramaian. Beberapa kali saya dan Ika sempat berpasangan di panggung. PSR tahun 1995, dalam naskah Kisah Cinta Dan Lain-lain, saya berperan sebagai seorang sopir dan Ika sebagai babu. PSR tahun 1996, dalam naskah Komidi Sebabak, saya berperan sebagai penggali kubur dan Ika sebagai wanita gila yang suka bermain di kuburan.
Saya sudah lama kehilangan kontak dengan Ika. Beberapa hari yang lalu, dengan penuh kerinduan, saya mencoba mencarinya di situs Friendster dan Facebook. Tidak ditemukan. Lalu saya memasukkan namanya dalam Google Search dan Yahoo Search. Yang saya dapatkan hanya sebuah profil sebagai berikut: http://kemudian.com/users/writerzard. Inikah Ika yang saya rindukan? Yang bisa saya lakukan hanya bergabung dalam komunitas kemudian dot com tersebut, memberikan salam. Salam juga saya sampaikan melalui Yahoo Messenger, tapi sampai saat ini belum ada respon.
Mengutip Sthiraprana Duarsa, “Kupanggil namamu dari tempat yang jauh, adakah kau mendengar dengan rasa rindu?” Ika Permata Hati, dimanakah kau kini? Terimalah salamku, “Ika, kembalilah menulis!”
Thanks Jer, sudah menjadi pembaca setia blog ini. Jadi seperti kayak bioskop ya? Mudah-mudahan kelas twenty one, bukan kelas layar tancap. Hueheheh…. Aku tetap semangat kok Jer, semangat untuk mencari TUAN PUTRI!!! 🙂
aeng luwung adane puk! 😀
Thanks udah mampir Doel. Heheh… bisa dijadikan inspirasi tuh kayaknya. Buin pidan amun kamu ngelah panak luh, adanin gen NI LUH PUTU IKA PERMATA HATI. 🙂
ika..ika..nama yang keren tapi lebih keren gaya penulis mengisahkan tentang pigur si IKA. sosok ika seolah-olah hadir begitu saja ketika membaca blog ini.
oh..ika, dimanakah dirimu,
tidakkah kau tau, seorang wira sudah mengering karna tak kuasa menahan rindu akan tulisan-tulisanmu
tidakkah hatimu membisikkan kerinduannya
tidakkah hatimu mengisahkan kenangan-kenanganmu bersamanya
Suksma komentarnya Bli. Dulu di SMA 4 seharusnya Bli ikut teater, daripada baca buku pelajaran terus sepanjang hayat. Hidup Pradjna! Mari berkelana!
yap, benar sekali… IKA PERMATA HATI… iRa masih sempat membaca puisi-puisinya di Bali Post hingga awal tahun 2000an…setelah itu entahlah…seolah tak berjejak…sayang, iRa tak memiliki arsip-arsip puisinya…yang sempat iRa baca hanyalah segelintir yang ada…dan kini pun entah dimana letaknya, karena iRa juga pelupa…
sama seperti yang Bli Wira inginkan…“Ika, kembalilah menulis!”…iRa juga kangen puisi-puisinya yang matang dan menghidupi iRa [selain puisi-puisi Vivi]…mereka yang tidak langsung telah membakar semangat iRa untuk terjun di kepenulisan…
Ternyata ada juga yang memiliki kerinduan yang sama terhadap Ika Permata Hati. Ika, terimalah telepati dari kami, “Ika, kembalilah menulis….”
Ika itu yang mana ya Wir? coba deskripsikan lebih detail penampilannya….
Wahyu, Ika itu yang aku colek-colek pantatnya waktu aku dan dia main bareng di KCDLL yang disutradarai Phala. Orangnya kecil, rambutnya pendek ala Demi Moore, ada tahi lalat di sekitar hidung, ceriwis, koncoan sama Eva, Yasmin, April. Aku posting [foto kita] deh.
Wir. jadi ingat nulis waktu sembayara ke jakarta dech jadinya sama pak mus anggo mesin ketik di kelas 1.4 yen sing pelih…terinspirasi juga ama si ika….hai ika dimana kamu
Iya… iya… dan kita malam-malam merayu Pak Pos di Renon yang sudah tutup supaya mau menerima cerpen-cerpen kita untuk dikirim ke Jakarta, karena hari itu adalah hari terakhir cap pos pengiriman. Thanks Pak Pos, Adhi Tiana akhirnya menjadi juara II sayembara penulisan cerpen tingkat nasional….
serupa kemarau yang tiba-tiba disapa gerimis… padahal dulu seorang Ika Permata Hati begitu mendapat perhatian Pak Umbu apalagi Pak GM.
Vivi! Selamat datang. Akhirnya mampir juga penyair kita ini. Senang sekali. Apa kabar, Bu Dosen?
Vivi, bu dosen, dosen apa? Dosen Sastra di Unud ya?
Dosen Ekonomi….
hmmm, selalu ada yang bermakna di antara kata..
ya iyalah, hehehe
Apakabar juga, Wir ? (ps. jgn panggil2 bu dosen, kesannya tua bagt). vi baik2 aja. Lagi kering kerontang. Kangen sama temen2. Hai, Wahyu apa kbr? Semoga masih inget vivi ya.
o, iya kelupaan, kalian foto kapan sih? he..he…
tentu saja inget Vi. apa kabar?
Kok bisa gak ketemu? Ika permata hati punya account di Facebook. Photo di facebook dia dengan suaminya. Meskipun saya tidak kenal, tapi saya cukup tahu Ika dan karya-karyanya. Mudah2an Ika yang kita maksud sama. Alumni T. Industri UII Yogya khan? Sekarang dia tinggal di Bali
wah, sy sudah melahap semua tulisan blog ini, fitur “next story” itu sangat menarik Bli, membuat blog ini seperti sebuah Bioskop,hehe
SEMANGATTTT!!^^