Sebagai Penari Aku — Ida Ayu Arie Mayuni
: tembang, tembangkan aku gending cintamu!
tembang, tembangkan aku kidung kurimu!
maka,
setiap lekuk tubuhku akan kau nikmati:
sebagai penari aku di matamu
menggelinjang buat malam-malam gairah
suguhkan arak sekedar menimang mimpi
agar terlena aku pada kelambu-kelambu nafsumu
sebagai penari aku meliuk-liukkan tubuh di depan matamu
sembari muntahkan arak, yang kutawar dengan ceri
dalam hati: ampurang tiang, Tu Gung
sebagai penari aku
menghabiskan waktu di tengah malammu
menggeliat
mendesah, menolak bala
dan memberi wangi cendana, tak lebih
hanya penari, aku
yang tak ingin bercinta denganmu di natah-natah kuri!!!
Dari 21 puisi dalam antologi ANGIN tahun 1997, hanya dua puisi yang dianggap berhasil oleh editor, Tan Lioe Ie. Salah satunya adalah puisi dari Ida Ayu Arie Mayuni, atau akrab disapa Dayu Eva, seperti tertulis di atas.
“Menarik untuk dicatat di sini adalah keberhasilan dari Ida Ayu Arie Mayuni lewat sajak SEBAGAI PENARI AKU. Secara teknis sajak ini cukup matang. Penulisnya juga cukup berani dalam memilih kata-kata, seperti ‘kelambu-kelambu nafsumu‘, ‘menggeliat‘, ‘mendesah‘, ‘bercinta denganmu di natah-natah kuri‘, tanpa terjerumus menjadi vulgar. Sajak ini juga cukup asosiatif (sebagai salah satu ciri sajak yang berhasil), walau sajak ini mengingatkan saya pada wilayah yang sudah dimasuki penyair Bali terdahulu.” ~Tan Lioe Ie, dalam ANGIN, 1997.