Kuda Putih yang Meringkik dalam Sajak Insomnia
apalah artinya tidur sementara telinga masih menguping masih bisa mendengar, walaupun, sepasang pekasih membisikkan dendangnya seakan was-was aku belum hanyut dalam mimpi
Sebelum musikalisasi puisi dikenal luas hingga saat ini, pelopor kesenian itu di Bali adalah Tan Lioe Ie. Di setiap kegiatan sastra yang saya ikuti sekitar tahun 1990-an, hampir selalu ada penampilan musikalisasi puisi dari Mas Yoki, sapaan akrab Tan Lioe Ie. Beliau banyak menggunakan puisi dari Sang Mahaguru, Umbu Landu Paranggi, sebagai bentuk apresiasi. Puisi-puisi Umbu yang dilagukan Mas Yoki, yang menjadi favorit anak-anak Angin diantaranya Kuda Putih, Tujuh Cemara, Upacara XXII, dan juga yang lain.
kuda putih yang meringkik dalam sajak-sajakku merasuki basabisik kantong peluh rahasia diam diam kupacu terus ini binatang cinta dengan cambuk tali anganan dari padang padangku
Suatu ketika ada yang bertanya kepada saya, apa musikalisasi puisi pertama yang dibuat anak Angin. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata puisi pertama yang dilagukan anak Angin adalah Insomnia, buah karya Wira Santosa, yaitu saya.
Saat itu, sekitar pertengahan tahun 2000, untuk pertama kalinya ada lomba musikalisasi puisi untuk masyarakat umum. Setiap peserta diminta menampilkan dua musikalisasi puisi, dengan puisi wajib yaitu Padamu Jua karya Amir Hamzah, ditambah satu puisi pilihan bebas.
Untuk mengaransemen Padamu Jua, anak Angin meminta bantuan Nanoq da Kansas, yang juga ahli memusikalisasi puisi selain Mas Yoki. Lalu, entah apa yang merasuki anak-anak Angin saat itu, yang digawangi Doel, Aang, Sinyo, Jer, Dadap, Teklink, dkk, sehingga memilih Insomnia untuk dilagukan sebagai puisi pilihan. Dugaan saya, mereka tertantang untuk bereksperimen dengan deretan angka, huruf, dan semua karakter yang ada di mesin ketik, yang saya letakkan pada Insomnia.
dan 0123456789 ... qwertyuiop asdfghjkl zxcvbnm ... !"#$%_&'()*-+=:;@Rp,.?/ ....
Jujur, saya malu Insomnia dipakai sebagai musikalisasi puisi, tapi aransemennya membuat enak didengar kuping saya. Walaupun Insomnia ada dalam buku kumpulan puisi ANGIN, saya sadar bahwa Insomnia tidak layak disebut puisi. Mungkin hal ini juga yang menjadi pertimbangan dewan juri saat itu, ketika hanya menempatkan anak Angin sebagai juara II, di bawah SMA Gandhi, yang sepertinya mengirimkan grup vokal, dengan memusikalisasi puisi yang benar-benar puisi.
Puisi insomnia kebetulan kami temukan ketika saya, dan almarhum A’ang genjreng2 di dalam sekre Angin yang dicat kotak poleng seperti papan catur itu. Awalnya Aang yang sedari sore genjrang-genjreng tidak jelas, kemudian saya datang dan baru ngeh akan ada lomba musikalisasi itu. Saya lupa di-mana kami temukan buku kumpulan puisi itu, tapi yang saya ingat inspirasi aransemennya didapat dari kesukaan saya pada lagu2 rock pada waktu itu dan puisinya cocok dibawakan dengan sedikit gahar.. terutama sekali pada bagian yang “tidak jelas” di atas. hehe.. setelah itu semakin malam datang kawan-kawan yang lain sehingga dibuatlah aransemen yang lebih rame untuk bagian ketika hitungan dari 0 sampai 10 dimulai. Ada satu yang khas dari musilakisasi insomnia yaitu suaranya Jer ketika mensenandungkan bagian “tidur…”. Keto je asane bli…
beberapa kali berkesempatan satu panggung dengan Mas Yoki membawahan gubahan musik puisinya. latihan di art centre sampai masuk angin, tapi worth every second…paling menghabiskan tenaga adalah menyanyikan kuda putih…