Lautan
Untuk Kamis ini, aku hanya memposting kembali tulisan di blog Lautan2009.
Tahun 2009 ini, Teater Angin SMA 1 Denpasar kembali menyelenggarakan Lomba Tahunan, atau yang lebih dikenal dengan Lautan.
Mari kita coba untuk memasuki mesin waktu, untuk menelusuri asal muasal dari Lautan. Agustus 1993, anak-anak Angin yang pada waktu itu dikomando oleh Agus Sedana, atau lebih dikenal sebagai Agus Merdeka, membuat sebuah momentum besar, sebagai tonggak sejarah eksistensi anak Angin di dunia drama dan sastra. The [1st] Absurd Generation, dengan sumber daya seadanya, tapi semangat luar biasa, saat itu menyelenggarakan Lomba Drama Modern [LDM] Tingkat SMA se-Bali. Tapi sayang, usaha maksimal Agus Merdeka dkk kurang mendapat respon dari teater-teater sekolah yang ada di Bali. Peserta LDM Teater Angin pada waktu itu hanya 4 group drama dari 2 sekolah. Teater Tiga [SMA 3 Denpasar] dan Teater Antariksa [SMA 7 Denpasar] masing-masing mengirim 2 group drama.
Entah kenapa, kegiatan ini tidak dilanjutkan di tahun berikutnya. Menjelang akhir tahun 1994, Agus Merdeka yang baru saja tamat SMA berkesempatan untuk mengunjungi adik-adiknya di Angin, yang saat itu baru saja berganti tongkat komando dari Eka Sucahya ke Wira Santosa. Agus bercerita kepada Wira dkk, tentang masa-masa penyelenggaraan LDM tahun 1993, dan mencoba membakar semangat, untuk melanjutkan kegiatan tersebut di masa mendatang.
“Jika kalian merasa susah untuk menyelenggarakan kembali LDM, cobalah buat lomba yang lebih sederhana, misalnya lomba menulis cerpen….” kira-kira demikian Agus Merdeka.
Kata-kata Agus ini selalu terngiang di telinga Wira, tapi sampai tongkat komando Angin berpindah ke Adhi Tiana di November 1995, anak-anak Angin belum juga bisa menyelenggarakan sebuah lomba. Akhirnya, Februari 1996, dimulailah perbincangan-perbincangan untuk menjajagi kemungkinan penyelenggaraan sebuah lomba oleh Teater Angin. Dicapai kesepakatan, untuk mengadakan sebuah lomba bertajuk Lomba Cipta dan Baca Cerpen, disingkat LCBC. Cerpen dipilih berdasarkan pertimbangan lebih sederhana dari lomba drama, dan lebih jarang dilaksanakan daripada lomba puisi. Lalu diputuskan Agustus 1996 sebagai puncak penyelenggaraan lomba, dan dipilih Imam Wahyudi sebagai ketua panitia.
Sejak saat itu, rutin setiap tahun, anak-anak Angin menyelenggarakan lomba sejenis. LCBC sempat dilaksanakan sampai 3 kali, kemudian, dengan pertimbangan tertentu, lomba Teater Angin berganti tajuk menjadi LCDP, Lomba Cipta dan Deklamasi Puisi. Di tahun-tahun berikutnya, kegiatan lomba semakin berkembang menjadi dramatisasi puisi, musikalisasi puisi, monolog, film pendek, dan lain-lain. Dengan semakin variatifnya lomba-lomba ini, maka dibuatlah frasa pendek yang unik dan mudah diingat untuk kegiatan tersebut, LAUTAN, LombA tahUnan Teater ANgin.
ooooooo begitu ceritanya. Cerita ttg suka duka penyelenggaraan lombanya pasti menarik. ditunggu.
Malam Jahanam sudah dekat, kesalahpahaman terjadi sesudah dari kemarin. Puncaknya tanggal 7 Agustus 2009 nanti. Yang baca harap datang. 😛
ditunggu ceritanya gung bo. sepi banget.
iya nih yu, sepi banget
kamu ngga tertarik ikutan nulis di sini? hehe
ada nggak anggota teater angin tmtn 84?
kangen nihh…
waduh! cerita malam jahanam gak boleh disebarkan! seingatku. makanya gak kepikiran nulis!
@budidharma
mw pelantikan nih, tanggal 14 november. bisa dateng nggak? ajakin tmen2nya jgak yah! 🙂
Guys,sori mara ngenah. Beh syusyah sekali mencari sinyal di hutan. Ada bojog jak buaya gen. Aku hadir lagiiiiiiiii !!!!!! Aku ada !!!!!
puisix mana orang g’ ada puisix k’ dipajang gambar orang jelek
Kayaknya angkatan saya yang terakhir menyelenggarakan LCBC sebelum berubah menjadi LCDP oleh angkatannya Da2p.