Berkenalan dengan Angin [3]
Maaf, Kamis lalu aku menghilang tanpa kabar. Tidak seperti tuduhan Wahyu, yang katanya aku ngambek, aku hanya sedang plesiran di Lombok, dan tidak menemukan waktu untuk mengunjungi warnet. Jadi, mari kita lanjutkan.
Setamat SD, aku masuk SMP 1 Denpasar. Kata kakakku, di sana ada guru yang juga seniman, GM Sukawidana. Pak GM ini, katanya lagi, sudah membentuk group teater di SMP 1, namanya Batan Leci. Tapi, ketika daftar ekstra kurikuler di-realese, tidak aku temukan Drama dan Sastra di dalamnya. Akhirnya, aku hanya bisa masuk Pramuka, dan melepaskan sejenak cita-cita waktu nonton kakakku di TV. [Belakangan aku tahu, rupanya waktu aku masuk SMP 1, more »
Berkenalan dengan Angin [2]
Masih, kisah ini ketika aku kelas 6 SD. Beberapa hari menjelang acara perpisahan SD-ku yang dilaksanakan di Bedugul, guru-guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyiapkan atraksi secara mandiri.
“Boleh apa saja. Baca puisi silahkan, pantomim OK, atau sulap, dance juga boleh. Pokoknya atraksi apapun sebagai hiburan….” begitu kira-kira kata Pak Guru di depan kelas.
Ketika aku ceritakan permasalahan ini kepada kakaku, Eka Santosa, dia yang sedang hangat-hangatnya dengan Teater Angin, dengan bersemangat mengusulkan agar aku mementaskan sebuah drama pendek. more »
Berkenalan dengan Angin [1]
Sampai 25 menit sebelum deadline malam ini, aku masih amat sangat kebingungan untuk mulai menulis. Panik. Sempat memutuskan untuk istirahat saja, tidak menulis apapun. Akhirnya, setelah membaca berulang satu per satu Next Random Thursday, aku putuskan untuk flash back ke masa dimana untuk pertama kalinya aku berkenalan dengan Angin.
Waktu itu aku masih kelas 6 SD. Kakakku, Eka Santosa, baru memasuki masa SMA-nya. Dengan mengayuh sepeda ke Smansa Denpasar di tengah himpitan mobil dan motor, dia nampak begitu keren. Menjadi lebih keren lagi, ketika pada suatu malam, dia muncul di layar televisi Sharp hitam putih milik pamanku. more »